SELAMAT DATANG DI BLOG INI, SEMOGA BLOG INI DAPAT BERMANFAAT UNTUK KITA SEMUA, DAN TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG DI BLOG INI. Twitter: Ahmad Khusnil Ibad, Facebook: Ahmad Khusnil Ibad, e-mail: ibadunisda@ymail.com/ ibadunisda@gmail.com.

Jumat, 14 November 2014

Sarapanne Wong Pekalongan

Sejarah Sego Megono Pekalongan
(Sego Bumbu)


    Kata MEGONO selalu identik dengan Pekalongan, karena Megono dikenal sebagai Lauk untuk Sarapan, Makan  Siang dan Makan Malam yang sangat Populer di kalangan warga Pekalongan. Ditenggarai sebagian warga Pekalongan kecanduan  megono. Sedikit orang Pekalongan mau memikirkan, darimana asal usul Kuliner Populer ini ? Tidak ada sumber yang jelas tentang  asal usul Megono. Namun dari banyak Tulisan bahwa Megono bukan KELAHIRAN PEKALONGAN.
     Diyakini penemu resep Megono adalah ahli Logistik dan Kuliner Kerajaan Mataram bernama Bandoro Raden Haryo Tejokusumo,  beliau lahir tahun 1769, Putra Sri Sultan Hamengkubuwono II dari seorang selir. Pada Tahun 1825, Pangeran Diponegoro  Menyerukan ajakan untuk Melawan Pemerintahan Kolonialis Belanda. BPH Tejokusumo yang sudah berumur 56 tahun tertarik dengan seruan Tersebut dan memutuskan Pergi dari Istana Mataram untuk mendukung Pangeran Diponegoro. Sebagai seorang a  ahli Logistik beliau merasa prihatin melihat Prajurit Pangeran Diponegoro yang sering kekurangan makan, dari hasil analisa beliau  untuk menemukan lauk yang praktis dan mudah dimasak dimana saja kapan saja, dengan bahan yang sangat banyak terdapat di  seluruh Jawa Tengah, beliau memilih Nangka Muda. Nangka Muda dicacah menjadi potongan - potongan kecil dengan bumbu s  sederhana : Garam, Bawang Merah, Bawang Putih, Lengkuas, Ketumbar. Bumbu yang digiling halus ini dicampurkan pada Parutan  kelapa. Parutan Kelapa berbumbu sederhana ini dicampur begitu saja dengan cacahan Nangka Muda, lahirlah megono.
     Oleh BPH Tejokusumo, lauk megono ini dimasukkan kedalam nasi yang sudah diliwet, dibungkus daun pisang dan dikukus sebentar. Kukusan Nasi berisi megono ini dinamakan PONGGOL, yang bisa bertahan sampai 48 Jam (bahkan lebih) dan tetap Nikmat untuk dimakan. Inilah ransum kegemaran para prajurit Pangeran Diponegoro, sangat mudah dibawa kemanapun juga saat bergerilya. Oleh BPH Tejokusumo makan ini dinamakan : Sego Lelono (Nasi yang mudah untuk dibawa berkelana)
     Tahun 1830, Pangeran Diponegoro dan Pendukung Utamanya seperti Kyai Mojo, Panglima Sentot Prawirodirjo ditangkap dengan siasat Licik dan dibuang ke Menado. Prajurit Diponegoro bercerai berai. Salah satu Keturunan Prajurit Diponegoro yang Bernama Suro Negoro meninggalkan wilayah Jogya dan berdiam di wilayah Batang, Putra Suro Negoro yang Bernama Singo Leksono menjadi Prajurit Peta dibawah Pemerintahan Penjajahan Jepang, dan Bertugas di Pekalongan.
     Pada saat Clash Pertama sekitar Th 1948, dimana Kota Pekalongan ikut terlibat, Singo Leksono yang berpangkat Leutinen, memimpin Gerilya di wilayah selatan Pekalongan (Karang Anyar sampai peninggaran). Diyakini Singo Leksono inilah yang memperkenalkan kepada masyarakat Pekalongan resep Megono untuk Ransum Makanan Prajurit Peta yang Bergerilya, namun Resep ini Telah dimodifikasi dengan menambahkan bumbu berupa irisan daun kecombrang dan sereh, lauknyapun ditambahkan Ikan Asin. Lauk ini sangat populer dikalangan prajurit Peta dan Milisi Gerilya Pekalongan, yang kemudian juga menjadi Makanan Favorit seluruh masyarakat Pekalongan, karena Megono dianggap memiliki Nilai Heroik, baik pada Jaman Perang Diponegoro maupun Perang Kemerdekaan Republik Indonesia.
     Di Pekalongan nama Sego Lelono menjadi Sego Leksono dan Pada Perkembangannya kemudian menjadi SEGO MEGONO ( Sego Bumbu).

Pekalongan Punya Cerita

ASAL USUL PEKALONGAN






    Kalau kita teliti dan pelajari lebih dalam apa yang terdapat dalam legenda bab maasalah asal – usul Nama Pekalongan yang sampai kini meluas dan masih hidup di kalangan masyarakat, keseluruhannya saling berbeda dan tanpa sadar kejelasan berdasarkan fakta. Kesemuanya serba di buat – buat menurut versi penceritaannya dimana asalnya dari leluhurnya ( turun menurun ).Sedang versinyapun satu sama lainnya serba dibumbuhi yang seakan – akan berkejadian dalam kisah itu sendiri perlu kita pelajari secara teliti, lakon legenda itu adalah berisikan suatu sandi ataupun lainnya lainnya, dimana kemungkinan didalamnya terisikan suatu sandi ataupun lainnya lainnya, dimana kemungkinan didalamnya terkandung mutiara – mutiara yang kita cari, ataupun bisa digunakan bahan pembanding didalam penelusuran lebih mendalam.
• TOPO NGALONG.
     Legenda menerangkan bahwa Pekalongan adalah dari TOPO NGALONG – nya Joko Bau ( Bau Rekso ) yang dianggapnya pahlawan daerahnya kota Pekalongan yang kemudian menjadi Pahlawan Mataram yang berasal dari Kesesi Kabupaten Pekalongan Putra Kyai Cempaluk.
    Dikisahlkan tatkala Joko Bau bertapa di alas Gambiran ( kemudian menjadi Gambaran Muka PLN Pekalognan ) tak ada satupun yang bisa dapat menggugahnya termasuk Raden Ngaten Dewi Lanjar ( ratu segoro Lor ) . Godaan – godaan dari prajurit silumannya dewi lanjar Bisa dikalahkan dengan kekuatan gaibnya Joko Bau yang dalm kisah selanjutnya Dewi Lanjar kemudian bertekuk lutut dan dipersuntingnya.
    Satu –satunya yang bisa menggugah Topo Ngalongnya Joko Bau adalah TAN KWIE DJAN yang mendapat tugas dari mataram.
Tan Kwie Djan berhasil, yang akhirnya bersama sowan Mataram untuk menerima tugas lebih lanjut.
Dari asal Topo Ngalong inilah kemudian timbul Nama Pekalongan, Karena waktu topo Ngalong INI jamannya Sultan Agung , maka timbullah ” NAMA PEKALONGAN ” menurut versi ini seputar abad 17. ( dalam sejarah Bau Rekso gugur 21 september 1628 di batavia dalam peperangan melawan VOC).
    Versi Topo Ngalongnya Joko Bau ini berbeda tempat, ada yang menerangkan di Kesesi , Wiradesa dan ada yang terangkan di antara Ulujamu – Comal – Kesesi, di alun – alun Pekalongan , Slamaran.
• KALINGGA.
    Sementara masyarakat Pekalonga beranggapan bahwa letak kerajaan Kalingga konon adalah di desa Linggoasri kecamatan Kajen Kabupaten pekalongan yang sekarang , dari Klingga inillah kemudian dihubungkan dengan kata kaling, keling, kalang, dan akhirnya menjadi kalong. Dan dari kata kalong kemudian timbullah nama Pekalongan.
   Karen kerajaan kalingga di abad 6 – 7, maka timbulnya nama Pekalongan menurut versi ini seputar abad 6 s/d 7.
• KALONG ( KELELAWAR )
   Dari asal kata kalong ( kelelawar ) , karena di Pekalongan dulunya banyak kelelawar / kalong, terutama di daerah kesesi dimana asal mula Bau Rekso dilahirkan dari keluarga Kyai Cempaluk. Dalam versi yang sama, tempatnya lain, yakni dikisahkan di sepanjang kali Pekalongan ( kergon ) , dimana disini dulunya dulunya diatas pohon Slumpring banyak binatang kelelawarnya dan ju8ga diatas Randu Gembyang ( kandang panjang Kodia Pekalongan ) yang bnyak kelelawarnya dan merupakan tanda bagi kaum nelayan yang biasa dijadikan pedoman bahwa disitu adalah pantai, yang kemudian dinamakan Pekalongan.
    Inipun terjadi seputar abad ke 17 ( jamannya Bau Rekso)
• KALANG.
    Pekalongan , ada yang menerangkan dari kata kalang dan kalang disinipun sebenarnya ada beberapa pengertian Yakni :
1. Asal kata dari Kalingga – keling dan kemudian kalang .
2. Kalang yang berarti hilir mudik .
3. Kalang berarti sama sejenis ikan laut ( cakalang ) .
4. Kalang yang berarti diasingkan ke....( di selong ) .
    Di dalam satu cerita rakyat daerah Pekalongan ini bermula berupa Hutan semak – semak yang banyak setan, silumanny dan tempat tersebut merupakan suatu tempat yang ditakuti oleh siapapun. Oleh Mataram kemudian tempat semacam ini dipergunakan untuk pembuangan sebagai hukuman bagi orang – orang yang membangkang pada Mataram ataupun yang di anggapnya membahayakan bagi mataram sendiri. Diantaranya yang dikalang disini menurut cerita adalah Bau Rekso yang tadinnya putra Mataram.Dari kata ini pada masa selanjutnya kalang berkembang menjadi kalong dan kemudian Pekalongan. juga sebelumnya ada yang menyebutnya Pekalangan. Disamping itu kalang ada yang mengartikan gelanggang, sekelompok dsb .
• ASAL DAERAH SEMULA .
    Pekalongan yang di Pekalongan yang sekarang ini sebermula pindahan dari daerah Pekalongan yang terletak di Surabaya Jawa Timur, sebagai transmigran istilah sekarang .
Kapan mulai pindah kepesisir utara yang kemudian di namakan Pekalongan seperti daerah asalnya belumlah jelas ( keterangan ; Peta Surabaya Tauhun 1866 , di daerah ini tercantum Nama Pekalongan sebagai Wilayah dan sungai ) .
• PEK ALONG .
   Diteliti asal katanya pek dan along ini bermacam pula artinya , diantaranya adalah berarti ;
   Pek = seratus , pak de ( si wo ) , luru ( mencari , apek ), sedang Along yang tadinya halong , adalah bahasa sehari – hari nelayan yang berarti mendapat banyak .
Pek Along kemudian berarti , mencari ikan di laut mendapat ( hasil ). Dari Pek Along , kemudian menjadi A – Pek – H – Long – An = Pekalongan , dan bagi masyarakat sendiri dikromokan menjadi PENGANGSALAN, ( angsal = dapat ) . jadi agaknya mendekati kebenaran .
   Rupa – rupanya dari itulah kemudian keluarlah keterangan masalah Lambang yang di pakai Kodia Pekalongan sampai sekarang ini , dimana awalnya dari produk dewan perwakilan rakyat Daerah Kota Besar Pekalongan tertanggal 29 januari 1957 dan di perkuat lagi dengan dicantumkannya tambahan Lembaran Daerah Swatantra tingkat 1 Jawa tengah tanggal 15 Desember 1958 , seri B Nomor 11 . dan juga dikisahkan oleh menteri dalam Negeri dengan keputusannya tanggal 4 Desember 1958 , N0omor ; KPTS – PPD / 00351 / 11 / 1958 .

Kamis, 13 November 2014

Pengertian Cerita Rakyat, Mitos, Legenda.

1. Cerita Rakyat

    Cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia. Pada umumnya cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu  tempat atau asal usul suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama yang mengandung pesan-pesan pendidikan  moral. Banyak yang tidak menyadari kalau negeri tercinta kita ini mempunyai banyak cerita rakyat Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi karena cerita rakyat menyebar dari  mulut-ke mulut yang diwariskan secara turun  menurun. Namun sekarang banyak cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia bisa dijaga dan tida sapai hilang dan punah.

2. Mitos

     Mitos adalah tradisi lisan yang terbentuk di suatu masyarakat. Mitos memiliki asal kata dari bahasa Yunani yang artinya sesuatu yang diungkapkan. Secara pengertian mitos adalah cerita yang bersifat simbolik yang mengisahkan serangkaian cerita nyata atau imajiner. Di dalam mitos bisa berisi asal usul alam semesta, dewa-dewa, supranatural, pahlawan manusia atau masyarakat tertentu yang mana memiliki tujuan untuk meneruskan dan menstabilkan kebudayaan, memberikan petunjuk hidup, melegalisir aktivitas kebudayaan, pemberian makna hidup dan pemberian model pengetahuan untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan dengan akal pikiran.

3.Legenda

     Legenda adalah  cerita prosa rakyat yang dianggap oleh si empunya cerita sebagai suatu yang benar benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering  kali dipandang sebagai  sejarah  koletif (folkstory). Walaupun demikian karena tidak tertulis maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstrusi sejarah  maka legenda harus bersih dari unsur-unsur yang mengandung sifat-sifat folklor.